Gempa Bumi, Ketika Manusia Mempertentangkan Sains dan Kuasa Allah
Ahad, 7 Oktober 2018 05:00
Allah perintahkan manusia untuk melihat dirinya sendiri, setiap hari ia melihat adanya pertambahan. Namun manusia tidak bisa melihat sebab-sebab pertambahan itu, sedang manusia hanya berhayal dan melihat tanda-tandanya saja. Maka lebih dianjurkan untuk menghayati Alam yang luas sebagai tanda-tanda kebesaran dan kuasa Allah.
Foto: Gempa bumi
KIBLAT.NET –
Gempa adalah peristiwa besar yang kerap kali memakan korban massal. Di situ lah
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala. Jika Allah menghendaki
gempa terjadi ditengah-tengah hamba-Nya, saat itulah Allah sedang mengingatkan
hamba untuk kembali kepada-Nya.
Allah
Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui semua yang terjadi di alam ini. Allah
memiliki hikmah dari semua kejadian baik dan buruk. Allah tampakkan tanda-tanda
kekuasaan-Nya untuk menakut-nakuti supaya manusia kembali mengingat akan
kewajibannya. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا
نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu
melainkan untuk menakut-nakuti.”(QS. Al-Isra : 59)
Dengan
ayat ini, Allah mengingatkan bahwa semua yang terjadi di bumi dan langit adalah
ketetapan Allah ta’ala. Semua yang ditetapkan Allah, seperti gempa,
merupakan hikmah dari kebijaksanaan Allah. Ada yang diketahui sebab-sebabnya
oleh manusia dan ada yang tidak. Mengetahui sebab-sebab fenomena semacam itu
justru semakin menambah kuatnya kebenaran sunnatullah di bumi.
Logika manusia sangat sempit dan ilmu Allah sangat
luas
Saat
terjadi gempa, logika manusia akan spontan mencari sebab peristiwa itu. Namun
yang menjadi masalah di sana adalah ketika ditemukan sebab dari gempa, justru
sebagian manusia malah mengira itu hanya peristiwa alam belaka, mereka
meniadakan kuasa Allah ta’ala. Sehingga secara tidak sadar mereka
mengingkari kuasa Allah. Itu lah pandangan sebagian manusia hari ini, mereka
meyakini bahwa kuasa Allah hanya pada fenomena diluar hubungan sebab akibat.
Di
sisi lain, ada juga yang memandang bahwa kuasa Allah harus ada hubungan sebab
akibat. Seperti, ketika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallammenceritakan
perjalanannya dalam Isra’ Mi’raj, mereka tidak percaya. Karena logika mereka
tidak menemukan sebab yang membuat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bisa
melakukan perjalanan sejauh itu dalam waktu semalam.
Pertentangan
dalam memandang kuasa Allah ini tidak lain karena kedangkalan akal manusia.
وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.” (QS.
al-Isra : 85)
Maka,
jika akal dijadikan standar dalam menentukan sebab akibat dari kuasa Allah,
gempa misalnya, niscaya akan banyak pertentangan. Untuk menentukan kapan,
dimana dan besaran gempa saja manusia sampai saat ini tidak mampu. Itu lah
bukti manusia tidak berdaya tentang gempa, yang berdaya adalah Allah ta’ala.
Fenomena Alam adalah Kuasa Allah
Seandainya
manusia mengetahui sebab dari gempa, seperti pergeseran lempeng bumi,
sesungguhnya Allah lah yang kuasa membuat bumi bergerak. Sebagaimana manusia
mengetahui sebab terjadinya gerhana, yaitu pertemuan orbit bumi dan bulan,
sesungguhnya Allah lah yang kuasa membuat bintang-bintang berjalan sesuai
orbitnya.
وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ
“Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan, masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya”. (QS.
Al-Anbiya’ : 33)
Gerhana
yang terjadi adalah kuasa Allah ta’ala. Karena Allah kuasa terhadap
beredarnya matahari dan bulan. Maka Allah pula kuasa untuk merubah komposisi
alam dan merubah tanda-tanda kuasa-Nya.
Allah
mengabarkan sebab terjadi perubahan alam ini untuk menguatkan tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Namun di sana juga ada sebab yang tersembunyi dan sangat halus,
yang manusia tidak mengetahuinya. Manusia tidak lain hanyalah menghayal dan
melihat tanda-tandanya saja.
وَفِي
أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat : 21)
Allah perintahkan manusia untuk melihat dirinya sendiri, setiap hari ia melihat adanya pertambahan. Namun manusia tidak bisa melihat sebab-sebab pertambahan itu, sedang manusia hanya berhayal dan melihat tanda-tandanya saja. Maka lebih dianjurkan untuk menghayati Alam yang luas sebagai tanda-tanda kebesaran dan kuasa Allah.
Hikmah Mengetahui Sebab Terjadinya Gempa
Mengetahui
sebab peristiwa bukan berarti tidak ada hikmahnya. Allah ta’alamendorong
manusia untuk menghayati alam, sehingga manusia mengetahui berbagai macam
penyakit misalnya. Kemudian manusia mengetahui hal-hal yang menyebabkan
penyakit, dan penyakit itu diketahui akan membawanya kepada kematian. Ilmunya
ini membuat dirinya tahu bahwa penyakit itu akan membinasakannya, sehingga
mencegahnya untuk mendekati hal-hal yang membawa penyakit.
Pengetahuian
ini membuat dirinya semakin yakin dengan kuasa Allah di bumi. Karena Allah lah
yang telah menjadikan segala sesuatu itu memiliki sebab.
وَآتَيْنَاهُ
مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
“Dan kami jadikan segala sesuatu itu memiliki
sebab.” (QS.
al-Kahfi : 84)
Mengetahui
sebab sesuatu mengantarkan manusia memahami akurasi ciptaan Allah ta’ala.
Jika perubahan Alam tidak punya sebab, maka menunjukkan kekurang-akuratan Allah
dalam menciptakan Alam. Dari sini lah ditemukan hukum sebab akibat, hal-hal
yang mengantarkan kepada kebinasaan tidak untuk didekati. Jika manusia
mengalami kebinasaan, itu karena ulahnya sendiri.
Demikian
juga dengan gempa, di sana ada sebab-sebab yang sebagiannya diketahui manusia.
Maka, hal-hal yang menyebabkan gempa, seperti daerah-daerah rawan gempa,
hendaknya tidak menjadi tempat tinggal. Sehingga manusia dapat mengusahakan
untuk meminimalisir korban gempa.
Selain
itu, mengetahui sebab akibat di alam ini, seperti gempa, justru akan menambah
dan mempertebal keimanan. Karena keakuratan ciptaan Allah hanya bisa dipelajari
tanpa bisa direkayasa sesuai keinginan manusia. Hal ini diharapkan dapat
mengikis rasa ingkar, kesombongan, kesewang-wenangan dan melampui batas.
Wallahu
‘alam bish showab.
Penulis
: Zamroni
Editor: Arju
Editor: Arju
