Beberapa Gereja Di Dunia Yg Telah Berubah Jadi Masjid

Gereja-Gereja di Dunia yang Berubah Menjadi Masjid
Posted on November 17, 2013

Gereja sejatinya merupakan tempat ibadah umat Kristen, sementara Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Keduanya sama sama tempat untuk melakukan ibadah ketuhan namun cara yang digunakan untuk beribadah berbeda.
Di Inggris dan beberapa wilayah di Eropa dan Amerika, masjid-masjid yang telah berdiri memang tidak semuanya dibangun dari nol atau dari tanah kosong, tetapi dibangun dari tempat ibadah agama lain. Karena kedatangan warga muslim, maka diubahlah tempat ibadah itu menjadi masjid. Seiring dengan banyaknya orang Islam keturunan ataupun pendatang dan juga bertambahnya populasi umat Islam di daerah tersebut, Sehingga sejumlah gereja yang ditinggal oleh ummat kristiani dialihfungsikan menjadi Masjid. Berikut adalah bangunan yang dulunya adalah gereja di sejumlah kota di Inggris yang saat ini telah berubah menjadi Masjid.
1. Gereja Katolik di Inggris terjual pada komunitas muslim
Sebuah gereja Katolik di wilayah Stoke-on-Trent, Kota Cobridge, Inggris, dijual setelah mengalami penurunan umat datang ke tempat itu. Pembelinya adalah komunitas muslim.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Senin (21/10), Gereja Santo Petrus telah ditutup setelah laku. Identitas pembelinya yakni komunitas muslim belum dapat diungkapkan.
Gereja ini masuk dalam Keuskupan Agung Birmingham. Lebih dari 200 gereja paroki terdaftar. Setiap keputusan soal gereja termasuk penjualan selalu dikonsultasikan dengan pimpinan tertinggi gereja.
Paroki Cobridge memiliki sejarah panjang, namun dalam dua tahun terakhir jumlah umat Katolik menyusut hingga mereka yang menghadiri misa hanya tinggal segelintir orang. Bahkan mereka tidak mampu lagi membangun gereja itu dengan lebih baik.
Gereja itu segera dijual terbuka. Sejumlah penawaran telah diterima, tetapi pengurus gereja mengatakan komunitas muslim lokal di wilayah itu membuat penawaran terbaik. Setelah berkonsultasi dengan paroki lainnya, akhirnya gereja itu resmi terjual pada mereka.

2. Masjid Jamme, dari gereja beralih jadi pusat Islam di London brick-lance


Tempat ibadah ini juga dikenal dengan sebutan masjid Brick Lane, karena posisinya di Brick Lane 52. Bangunan berdinding bata merah itu, merupakan masjid terbesar di London, yang mampu menampung 4000 jama’ah. Walau demikian luas, masjid ini belum bisa menampung seluruh anggota jama’ah shalat Jumat, hingga sering kali jama’ah meluber ke jalan raya. Mayoritas anggota jama’ah merupakan keturunan Banglades, hingga wilayah tersebut disebut Banglatow.

Masjid ini memiliki sejarah yang sangat unik dan panjang. Awalnya, Masjid Jamme ini bukan difungsikan sebagai tempat ibadah umat Islam. Berdiri tahun 1743, bangunan ini merupakan sebuah bagi komunitas Hugenot atau para pemeluk gereja Protestan yang lari dari Perancis untuk menghindari kekejaman penganut Katolik. Di tahun 1809, bangunan ini digunakan masyarakat London untuk mempromosikan Kristen kepada para pemeluk Yahudi, dengan cara mengajarkan Kristen dengan akar ajaran Yahudi atau menjadi sebuah chapel bagi kaum Metodis. Tapi, program ini juga gagal. Komunitas Metodis cukup lama “memegang” gereja ini. Walau demikian, pada tahun 1897, tempat ini diambil oleh komunitas Ortodok Independen dan berbagi dengan Federasi Sinagog yang menempati lantai dua.

Tapi tahun 1960-an komunitas Yahudi menyusut, karena mereka pindah ke wilayah utara London, seperti Golders Green dan Hendon, sehingga bangunan ditutup sementara, dan hal itu berlanjut hingga tahun 1976. Karena jama’ah Gereja ini terus menurun, maka gereja ini dijual. Pada tahun 1976, barulah bangunan tua ini difungsikan sebagai Masjid Jamme London. Masjid ini menyimpan banyak cerita bagi muslim Inggris yang dibawa oleh imigran asal Bangladesh.

Masjid Jamme merupakan kombinasi dari teknologi modern abad 21 dan juga tradisi yang berabad-abad lamanya. Masjid ini sangat terkenal di sepanjang daratan Eropa dan merupakan pusat kegiatan umat muslim di London. Ambisi dari Masjid Jamme adalah untuk menyebarkan Islam dan melayani komunitas muslim dengan baik serta untuk menghadirkan atau mengenalkan Islam ke masyarakat luas. Di sana terdapat banyak sekali literatur Islam yang bisa ditemukan.

Selain sebagai tempat beribadah, Masjid Jamme juga ikut menyokong pendidikan anak muslim di London. Mereka mempunyai Mosque’s Mother Tongue School dan juga madrasah.
Masjid ini dilengkapi oleh empat kelas belajar yang biasanya digunakan oleh para guru di sana untuk mengajarkan baca Alquran dan juga kajian Islam.

3. Museum Hagia Sophia di Turki jadi masjid


Di tengah masih berlangsungnya demonstrasi besar-besaran, pemerintah Turki berencana mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid.
Sebuah komisi di parlemen Turki Februari lalu tengah menggodok pengajuan permintaan warga untuk mengubah Hagia Sophia di Kota Istanbul itu menjadi sebuah masjid.

Hagia Sophia dalam bahasa Yunani berarti Kebijaksanaan Suci. Dulunya selama ribuan tahun museum itu adalah katedral agung bagi umat Kristen. Gereja itu dibangun pada abad ke-6 di masa Kekaisaran Bizantium dan menjadi Gereja Ortodok Konstantinopel hingga Kekaisaran Ottoman pada 1453. Gereja itu kemudian diubah fungsinya menjadi masjid. Ketika kekaisaran Ottoman jatuh pada Perang Dunia Pertama, pemimpin sekuler Turki Kemal Ataturk mengubah masjid itu menjadi museum.
Namun kini di masa pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan Turki berencana mengubah museum itu menjadi masjid. Menanggapi rencana itu pemimpin gereja Ortodok Bartholomew I dari Konstantinopel menyatakan ketidaksetujuannya.
4. Gereja gothik di Inggris berubah jadi masjid
Di Distrik Didsbury, Kota Manchester, Inggris, berdiri sebuah bangunan gereja berarsitektur Gothik modern. Anehnya gereja ini tidak memiliki salib di puncak menaranya. Memang seharusnya demikian, karena sekarang bangunan gereja ini adalah sebuah masjid.
Salah satu penyebab dari gereja ini menjadi masjid lantaran jumlah jemaat gereja semakin sedikit. Sedangkan jumlah komunitas muslim semakin bertambah.
Warga muslim di Kota Manchester membeli bangunan gereja ini dan mengubahnya menjadi sebuah masjid. Patung dan ornamen gereja lainnya dipindahkan.
Karpet berwarna hijau dipasang di aula utama, mihrab, dan mimbar dipasang di bagian sayap bangunan sesuai dengan arah kiblat, dan ruangan untuk wudlu dan kantor dibangun di beberapa bekas ruangan keuskupan.
Beberapa ruangan lainnya juga dijadikan madrasah di kompleks bangunan bekas gereja yang sekarang bernama Didsbury Mosque ini.

5. Terbengkalai, gereja tua di Inggris berubah jadi masjid
Sebuah bangunan gereja di Kota Clitheroe, Wilayah Lancashire, Inggris beralih fungsi menjadi masjid. Alasan utamanya karena gereja itu sudah lama tidak terpakai, sementara banyak warga muslim di daerah itu membutuhkan sebuah masjid untuk beribadah.
Bangunan itu dahulu bernama Gereja Bukit Sion, sebuah bangunan paling terkenal di Clitheroe, kala itu. Bahkan sempat menjadi lukisan adikarya dari seniman kenamaan, Laurence Stephen Lowry. Judul gambarnya adalah ‘A Street in Clitheroe’ atau ‘Jalan di Clitheroe’.
Namun, entah kenapa gereja ini ditutup selama 14 tahun. Beberapa kali gereja ini berubah fungsi menjadi sebuah toko amunisi, pabrik kotak logam, dan garmen. Sejak itulah, warga muslim kemudian mengajukan gereja itu agar berubah fungsi sebagai sebuah masjid sejak 2006.
Meski saat itu sempat ditentang banyak pihak, terutama dari anggota partai sayap kanan, Partai Nasional Inggris, yang terkenal rasis, namun pengajuan warga muslim tersebut akhirnya disetujui.
Dukungan juga datang dari Anggota Dewan Kota Clitheroe, Jim Shervey. Dia mengatakan warga muslim berhak beribadah di mana pun. Alhasil, pertentangan sudah berhasil diselesaikan.
Kini tujuh tahun telah berlalu. Proses konversi gedung tersebut sudah menginjak tahap akhir. Tinggal dipasang pemanas, lampu, dekorasi dalam, pintu dan jendela. Dana pun masih dikumpulkan.

6. Masjid Sentral Wembley


Masjid ini terletak di jantung kota Wembley, dekat dengan Wembley Park Station. Daerah ini memiliki komunitas Muslim besar dan banyak toko Muslim yang berada di sekitarnya. Gedung masjid ini sebelumnya juga merupakan bekas gereja. Walau sudah terpasang kubah di puncak menaranya, tapi kekhasan bangunan gereja masih nampak jelas.

Dengan demikian, siapa saja yang melihatnya, akan mengetahui bahwa bangunan itu dulunya adalah gereja. Selian masjid-masjid di atas, sebuah gereja bersejarah di Southend juga sudah dibeli oleh Masjid Jami’ Essex dengan harga 850 ribu pound sterling. Gereja dijual, karena jama’ah berkurang, sehingga kegiatan peribadatan dipusatkan di Bournemouth Park Road. Konseskwensinya, gereja ini sudah tidak beroprasi sejak tahun 2006 lalu.
Rencananya gereja akan dijadikan apartemen, tapi gagasan itu ditolak oleh Dewan Southend. Akhirnya, gereja kosong itu dibeli oleh komunitas Muslim yang tinggal di kota itu, yang juga sedang membutuhkan tempat untuk melaksanakan ibadah.

Saat itu jumlah komunitas ini mencapai 250 orang, “gereja bekas” itu merupakan tempat yang sesuai, karena mampu menampung 300 jama’ah. Tidak banyak dilakukan perubahan pada bentuk bangunan yang telah berumur 100 tahun lebih itu, hanya perlu menambah tempat untuk berwudhu dan sebuah menara.

7. Masjid Zakariyya, Bolton


Di Peace Street 20 Bolton, berdiri sebuah gedung besar berkubah yang amat berwibawa, yang lengkap dengan menara. Tempat itu ramai dikunjungi warga Bolton, terutama yang memeluk Islam, bahkan tiap pekannya, ribuan umat Islam hadir di tempat ini, guna melaksanakan shalat Jumat. Gedung itu tidak lain adalah Masjid Zakariyya.

Sejarah berdirinya masjid itu, bukanlah kisah yang singkat. Kala itu antara tahun 1965 hingga 1967 umat Islam Bolton dan Balckburn belum memiliki tempat permanen untuk melaksanakan shalat.
Untuk melakukan shalat Jumat saja, mereka melaksanakannya di The Aspinal, sebuah diskotik dan tempat dansa yang digunakan di malam hari, sedang siangnya di hari Jumat tempat itu dibersihkan para relawan guna dijadikan sebagai tempat melaksanakan shalat Jumat.
Karena jumlah jama’ah semakin bertambah, maka diperlukan tempat besar yang permanen. Dan dimulailah pencarian bangunan yang bisa digunakan sebagai masjid sekaligus islamic center.
Pada tahun 1967, ada penawaran pembelian gedung bekas gereja komunitas Metodis, yang terpaksa dijual karena terbakar. Dengan dana sebesar 2750 pound sterling dari komunitas Muslim lokal, akhirnya bangunan itu menjadi milik umat Islam. Bangunan itulah yang kini disebut Masjid Zakariyya itu.
Tidak hanya Masjid Zakariyya, beberapa masjid Inggris pun memiliki kisah yang hampir sama dengan kisah masjid kebanggan Muslim Bolton itu, yakni sama-sama berasal dari gereja yang dijual, baik karena kehilangan pengikut, atau karena sebab lainnya.

8. Masjid Didsbury, Manchester


Masjid ini terletak di Burton Road, Didsbury Barat, Manchester. Gedung yang digunakan sebelumnya merupakan bekas gereja komunitas Metodis, yang bernama Albert Park. Gedung ini tergolong bangunan kuno, karena telah beroprasi sejak tahun 1883.
Akan tetapi, pada tahun 1962 gereja ditutup, dan beralih menjadi masjid dan islamic center. Masjid ini, kini mampu menampung 100 jama’ah, dan yang bertanggung jawab sebagai imam dan khatib hingga kini adalah Syeikh Salim As Syaikhi.

9. Masjid New Peckham


Didirikan oleh Syeikh Nadzim Al Kibrisi. Terletak di dekat Burgess Park, tepatnya di London Selatan SE5. Kini masjid ini berada di bawah pengawasan Imam Muharrim Atlig dan Imam Hasan Bashri. Sebelumnya, gedung masjid ini merupakan bekas gereja St Marks Cathedral.

10. Masjid Brent


Terletak di Chichele Road, London NW2, dengan kapasitas 450 orang, dan dipimpin oleh Syeikh Muhammad Sadeez. Awalnya, bangunan itu merupakan gereja. Hingga kini ciri bentuknya tidak banyak berubah. Hanya ditambah kubah kecil berwarna hijau di beberapa bagian bangunan dan puncak menara.

11. Masjid Jami, Essex

Selain masjid-masjid di atas, sebuah gereja bersejarah di Southend juga sudah dibeli oleh Masjid Jami’ Essex dengan harga 850 ribu pound sterling. Gereja dijual, karena jama’ah berkurang, sehingga kegiatan peribadatan dipusatkan di Bournemouth Park Road. Konseskuensinya, gereja ini sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006 lalu. Rancananya gereja akan dijadikan apartemen, tapi gagasan itu ditolak oleh Dewan Southend. Akhirnya, gereja kosong itu dibeli oleh komunitas Muslim yang tinggal di kota itu, yang juga sedang membutuhkan tempat untuk melaksanakan ibadah.
Saat itu jumlah komunitas ini mencapai 250 orang, “gereja bekas” itu merupakan tempat yang sesuai, karena mampu menampung 300 jamaah. Tidak banyak dilakukan perubahan pada bentuk bangunan yang telah berumur 100 tahun lebih itu, hanya perlu menambah tempat untuk berwudhu dan sebuah menara.

Sumber