Syafa'at Nabi Muhammad SAW, Macam-macam Syafa'at Pada Hari Kiamat
Definisi syafa’at
Secara bahasa syafa’at berarti menjadikan sesuatu genap (berpasangan). Asy-syaf’u artinya genap lawan dari al-witru (ganjil).
Adapun dalam istilah syariat: syafa’at adalah menjadi penengah bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan atau mencegah keburukan.
Definisi ini sesuai dengan makna syafa’at secara bahasa, karena dengan adanya penengah maka jadilah keduanya genap.
Proses mendapatkan safaat Nabi Mauhammad SAW di akhirat
Dari Abu Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau bersabda:
“Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid) manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian?
Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain,
“Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami?
Tidakkah kamu tahu apa yang menimpamu?
Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’at kepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata:
“Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam menjawab:
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata:
“Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allahmenyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami.Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Nuh menjawab :
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata:
“Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab,
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata:
“Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata:
“Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. "Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Muhammad, dan berkata :
“Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku.
Allah berfirman,
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at, maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan:
“Ya Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”
Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi.” Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina – pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)
MACAM-MACAM SYAFAAT
Syafa’at dari Allah, Nabi Muhammad SAW, Para Malaikat, dan Kaum Mukminin, Anak kepada orang tua mukmin, Puasa dan Al Quran.
1. Syafa’at langsung dari Allah
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafa’at, para nabi juga sudah memberikan syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah memberikan syafa’at. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453)
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafa'at?” Amr bin Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416 dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470 Syarh Nawawi)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Maka Allah berfirman:
Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafa’at, dan tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau dua genggaman dari mereka kemudian mengeluarkan dari neraka itu, kaum yang tidak pernah beramal dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis “Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam surga.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini sanadnyashahih sesuai dengan syarat Shahih Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857)
2. Safaat Nabi, mengeluarkan sekelompok orang dari neraka, masuk surga, berdasarkan Hadits:
Dari Imran bin Hushain dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Akan keluar sekelompok orang dari neraka karena syafa’at Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh yang lain: “Karena syafa’atku”). Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501)
3. Syafa'at Nabi Muhammad SAW atas Sholawat Ihklas.
Syafa'at nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam diberikan kepada mereka yang melakukan ikhlas sholawat kepada nabi: Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad.
- Perbanyak sholawat pada hari Jumat
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad
Dalilnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَكْثِرُوا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ ولَيْلَةِ الْجُمْعَةِ فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ كُنْتُ لَهُ شَهِيْداً وَ شَفِيْعاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ –البيهقي
Artinya:
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : ”Banyaklah bershalawat kepadaku di hari Jumat dan malam Jumat. Barang siapa melakukan hal itu, maka aku menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya di hari kiamat. (HR. Al Baihaqi, dihasankan oleh As Suyuthi).
- Berdoa setelah adzan
Safaat nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam diberikan kepada mereka yang berdoa setelah mendengar kumandang azan. Adapun doanya adalah sbb:
للهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
“Allaahumma robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, ‘aaliyatar rofii’ah, wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtah, innaka laa tukhliful mii’aadz.”
“Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan) kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.” (HR. Bukhari, Abu dawud, Tarmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Tentang keistimewaan doa tersebut, terdapat sebuah hadist yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Ra, bahwasannya Rasulullah telah bersabda:
“Barang siapa ketika mendengar adzan lalu mengucapkan (doa setelah adzan), maka masuklah syafaatku baginya di hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Macam-macam Sholawat Nabi
3. Syafa'at Mukminin
- Menolong sesama mukminin yg berada di neraka:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun di antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka.
Mereka berkata:
“Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”.
Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka:
“Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam Muslim]
- Syafa’at Mukminin kepada Para Calon Penghuni Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka:
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang mayit disholatkan oleh sekelompok orang Mukmin yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.” (HR. Muslim no. 947, 58)
- Anak kecil mengajak orang tuanya masuk surga.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!”.
Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104)
- Syafa’at kaum Mukminin kepada sesamanya untuk mengangkat derajat mereka di Surga:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu:
"Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburannya...". (HR. Muslim)
- Permohonan ampun dari anak:
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid X : 210)
- Orang tua dan anak:
Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia bertanya tentang orang tuanya, istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahwa mereka tidak sampai pada tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat keluarganya berkumpul dalam satu surga.
- Keturunan /anak cucu
Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21) (Tafsir Ibnu Katsir)
Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang diangkat derajatnya karena doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)
4. Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an.
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak.
Puasa akan bertanya:
“Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.”
Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Maka keduanya pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul Minnah halm. 394)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu :
Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim 804)
Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
Wallohu a'lam bisshawab.
Secara bahasa syafa’at berarti menjadikan sesuatu genap (berpasangan). Asy-syaf’u artinya genap lawan dari al-witru (ganjil).
Adapun dalam istilah syariat: syafa’at adalah menjadi penengah bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan atau mencegah keburukan.
Definisi ini sesuai dengan makna syafa’at secara bahasa, karena dengan adanya penengah maka jadilah keduanya genap.
Proses mendapatkan safaat Nabi Mauhammad SAW di akhirat
Dari Abu Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan beliau menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau bersabda:
“Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid) manusia pada Hari Kiamat. Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian?
Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung dan mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain,
“Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami?
Tidakkah kamu tahu apa yang menimpamu?
Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’at kepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata:
“Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam menjawab:
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata:
“Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allahmenyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami.Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Nuh menjawab :
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata:
“Engkau adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab,
“Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika ia menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata:
“Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata:
“Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan sesudahnya.”
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. "Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Muhammad, dan berkata :
“Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi, Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy (ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang sebelum aku.
Allah berfirman,
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at, maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan:
“Ya Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”
Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi.” Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina – pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)
MACAM-MACAM SYAFAAT
Syafa’at dari Allah, Nabi Muhammad SAW, Para Malaikat, dan Kaum Mukminin, Anak kepada orang tua mukmin, Puasa dan Al Quran.
1. Syafa’at langsung dari Allah
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafa’at, para nabi juga sudah memberikan syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah memberikan syafa’at. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453)
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafa'at?” Amr bin Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416 dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470 Syarh Nawawi)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Maka Allah berfirman:
Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafa’at, dan tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau dua genggaman dari mereka kemudian mengeluarkan dari neraka itu, kaum yang tidak pernah beramal dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis “Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam surga.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini sanadnyashahih sesuai dengan syarat Shahih Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857)
2. Safaat Nabi, mengeluarkan sekelompok orang dari neraka, masuk surga, berdasarkan Hadits:
Dari Imran bin Hushain dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Akan keluar sekelompok orang dari neraka karena syafa’at Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh yang lain: “Karena syafa’atku”). Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu Dawud Kitab As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam Shahih Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501)
3. Syafa'at Nabi Muhammad SAW atas Sholawat Ihklas.
Syafa'at nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam diberikan kepada mereka yang melakukan ikhlas sholawat kepada nabi: Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad.
- Perbanyak sholawat pada hari Jumat
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَكْثِرُوا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ ولَيْلَةِ الْجُمْعَةِ فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ كُنْتُ لَهُ شَهِيْداً وَ شَفِيْعاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ –البيهقي
Artinya:
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : ”Banyaklah bershalawat kepadaku di hari Jumat dan malam Jumat. Barang siapa melakukan hal itu, maka aku menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya di hari kiamat. (HR. Al Baihaqi, dihasankan oleh As Suyuthi).
- Berdoa setelah adzan
Safaat nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam diberikan kepada mereka yang berdoa setelah mendengar kumandang azan. Adapun doanya adalah sbb:
للهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
“Allaahumma robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, ‘aaliyatar rofii’ah, wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtah, innaka laa tukhliful mii’aadz.”
“Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan) kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.” (HR. Bukhari, Abu dawud, Tarmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Tentang keistimewaan doa tersebut, terdapat sebuah hadist yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Ra, bahwasannya Rasulullah telah bersabda:
“Barang siapa ketika mendengar adzan lalu mengucapkan (doa setelah adzan), maka masuklah syafaatku baginya di hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Macam-macam Sholawat Nabi
3. Syafa'at Mukminin
- Menolong sesama mukminin yg berada di neraka:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak ada seorangpun di antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mukminin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam neraka.
Mereka berkata:
“Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”.
Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka:
“Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam Muslim]
- Syafa’at Mukminin kepada Para Calon Penghuni Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka:
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang mayit disholatkan oleh sekelompok orang Mukmin yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya memintakan syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.” (HR. Muslim no. 947, 58)
- Anak kecil mengajak orang tuanya masuk surga.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!”.
Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna’uth. Hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104)
- Syafa’at kaum Mukminin kepada sesamanya untuk mengangkat derajat mereka di Surga:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu:
"Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburannya...". (HR. Muslim)
- Permohonan ampun dari anak:
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid X : 210)
- Orang tua dan anak:
Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia bertanya tentang orang tuanya, istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahwa mereka tidak sampai pada tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat keluarganya berkumpul dalam satu surga.
- Keturunan /anak cucu
Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21) (Tafsir Ibnu Katsir)
Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang diangkat derajatnya karena doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)
4. Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an.
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak.
Puasa akan bertanya:
“Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.”
Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Maka keduanya pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini rijal shahih” (Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul Minnah halm. 394)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu :
Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim 804)
Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
Wallohu a'lam bisshawab.